
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada perdagangan hari ini, Kamis (27/7/2023) kembali mencetak rekor harga tertinggi-nya sepanjang masa.
Tercatat hingga 30 menit setelah perdagangan sesi I dibuka, saham BBRI melesat 1,32% ke posisi Rp5.750 per unit. Transaksi yang ditransaksikan mencapai 1828 kali dengan volume sebesar 12,32 juta lembar saham atau setara Rp70,25 miliar. Adapun kapitalisasi pasar-nya saat ini mencapai Rp871,46 triliun.
Saham BMRI juga sempat menyentuh rekor all time high per pukul 9.56 WIB hari ini di posisi Rp5700 per saham dengan volume perdagangan sebanyak 28,73 juta lembar dan nilai transaksi Rp162,12 miliar. Dengan begitu, kapitalisasi pasar saham-nya saat ini menjadi Rp527,33 triliun.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga tak kalah, pada perdagangan Selasa (18/7/2023) sempat menyentuh posisi tertinggi di Rp1370 per saham, meskipun pada hari ini sudah menyusut jadi Rp1315 per saham.
Lantas apakah ketiga saham bank BUMN tersebut masih menarik valuasi nya dan layak untuk investasi?
Kenaikan harga saham bank BUMN mencapai level tertinggi sepanjang masa pastinya akan mengerek kenaikan valuasi yang membuat seakan menjadi mahal. Ini karena harga saham menjadi salah satu faktor dalam perhitungan valuasi terhadap modal, profitabilitas, arus kas, dan lainnya.
BBRI dan BMRI menggunakan price to book value (PBV) terpantau memiliki valuasi yang premium, nampak dari nilai PBV per hari ini (27/7/2023) yang dihargai masing-masing 3,09 kali dan 2,42 kali. Angka tersebut sudah lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata PBV secara industri di 0,9 kali, menurut data dari Simply Wall St.
Sementara untuk BBTN menggunakan metrik yang sama masih dihargai murah dengan PBV sebesar 0,65 kali, masih jauh di bawah rata-rata industri dan rule of thumb PBV 1 kali.
Valuasi yang murah juga masih terefleksi dari metrik price to earning ratio dimana ketiga saham bank BUMN tersebut masih dihargai di bawah rata-rata PER industri sebesar 16,2 kali, seperti terlihat pada tabel berikut :
Sejalan dengan itu, melansir dari Simply Wall St nilai PER industri perbankan domestik di angka 16,2 kali, masih jauh di bawah rata-rata selama tiga tahun sebesar 44,4 kali yang menunjukkan perbankan Tanah Air masih memiliki potensial upside yang atraktif.
Berdasarkan data yang dihimpun Simply Wall St dari berbagai analis memproyeksi pertumbuhan bank dalam lima tahun ke depan masih akan solid sebesar 48%. Hal ini semakin terkonfirmasi dengan kenaikan laba bersih bank, bahkan beberapa mencetak nilai laba bersih sepanjang masa.
Tak heran jika ditambah dengan valuasi yang atraktif membuat harga saham terapresiasi karena sejalan dengan fundamental yang solid. Sebagai informasi, BMRI berhasil mencetak laba bersih hingga akhir Mei 2023 sebesar Rp18,44 triliun, melonjak 19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
BBRI juga tak kalah, hingga lima bulan pertama 2023 laba bersih tercatat Rp20,12 triliun. Nilai tersebut naik 5,06% dari dibandingkan semester I-2022. Hanya tersisa satu bulan lagi untuk mengkonfirmasi kinerja keuangan BBRI sepanjang paruh pertama tahun ini yang diproyeksi tetap tumbuh positif. Sementara untuk BBTN laba bersih hanya meningkat tipis 0,23% secara tahunan menjadi Rp1,47 triliun.
Kinerja keuangan bank yang tetap solid menjadi satu indikator utama pendongkrak kenaikan harga saham, oleh karena itu prospek saham bank BUMN dinilai masih cukup menarik tahun ini, bahkan sejumlah analis menyematkan rating overweight di tengah musim politik dan tekanan global yang masih berlangsung
Perlu diketahui juga, kontribusi BBRI juga menjadi yang terbesar diantara yang lainnya bagi pendapatan BUMN. Kondisi perbankan yang solid sangat jauh berbeda dengan nasib beberapa badan usaha milik negara lainnya yang masih tersandung sentimen negatif terkait utang dan lainnya.
https://twitter.com/CapitalBridgeId
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20230727111313-17-457752/3-saham-bank-bumn-capai-all-time-high-yuk-intip-valuasinya