Saham emiten properti sudah lama tak ‘manggung’. Usai pesta komoditas energi 2022, potensi rotasi ke sektor tersebut bisa membuka peluang yang menarik. Tak terkecuali untuk saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Dengan valuasi yang menarik dan ditopang proyeksi kinerja yang solid, saham SMRA menawarkan opportunity bagi investor ke depan. Kinerja teranyar SMRA juga positif. Laba bersih perusahaan melesat 55,23% secara tahunan (yoy) menjadi Rp271,72 miliar pada kuartal I 2023.

Hal tersebut ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bersih 2,02% dari Rp1,47 triliun pada kuartal I 2022 menjadi Rp1,50 triliun pada periode yang sama tahun ini. Segmen pengembang properti (penjualan rumah hingga apartemen) masih menjadi andalan perusahaan, menyumbang Rp910,87 miliar dari total pendapatan bersih SMRA.

Pos properti investasi berkontribusi Rp394,94 miliar dan lain-lain (rekreasi hingga hotel) sebesar Rp193,51 miliar pada 3 bulan pertama tahun ini.

Pada 2023, perseroan menargetkan kenaikan pendapatan di kisaran 10%.

Rasio profitabilitas SMRA juga terbilang oke dibandingkan dengaan perusahaan sejenis (peers). Marjin laba kotor (GPM) SMRA mencapai 51,59%, di atas APLN (33,03%) dan CTRA (48,48%) dan industri (50,99%).

Marjin laba usaha (OPM) dan marjin laba bersih (NPM) SMRA juga terbilang bersaing dengan para raksasa properti lainnya.

Demikian pula metrik return on equity (ROE) juga di atas sejumlah peers dan industri (5,83%). Return on assets (ROA) SMRA juga di atas rerata industri yang sebesar 3,06%.

Valuasinya Oke?

Secara valuasi, saham SMRA juga menarik. Rasio populer macam price-to earnings ratio (PER) SMRA yang sebesar 10,4 kali masih terbilang wajar, di bawah CTRA (12,74 kali) dan rerata industri 11,73 kali.

Sementara, metrik lainnya, price-to book value (PBV) yang sebesar 1,19 kali masih lebih rendah dari PWON (1,32 kali), kendati sudah di atas industri 0,8 kali.

Dengan mempertimbangkan prospek fundamental ke depan, nilai wajar SMRA berada di Rp835 atau ada potensi kenaikan (upside) 21,90% dari harga per 15 Juni 2023.

Tentang SMRA

Summarecon Agung didirikan pada 1975 oleh Soetjipto Nagaria dan rekan-rekannya yang berfokus pada pembangunan dan pengembangan real estat.

Dimulai dengan membangun 10 hektar lahan di kawasan rawa-rawa di daerah Kelapa Gading, para pendiri perusahaan berhasil mengubah kawasan tersebut menjadi salah satu daerah hunian dan bisnis paling bergengsi di Jakarta.

Dan seiring berjalannya waktu, Summarecon berhasil membangun reputasi sebagai salah satu pengembang properti terkemuka di Indonesia, khususnya dalam pengembangan kota terpadu atau lebih dikenal dengan kota terpadu atau township.

Summarecon membangun kota terpadu yang mengintegrasikan pengembangan perumahan dengan komersial, yang didukung oleh fasilitas yang beragam dan lengkap bagi para penghuninya.

Unit bisnis Summarecon dikelompokkan berdasar tiga aktivitas yang berbeda, yakni Pengembangan Properti, Investasi dan Manajemen Properti, dan Rekreasi, Hospitality dan Lainnya.

Saat ini, Summarecon mengembangkan 8 proyek pembangunan kota terpadu yaitu kawasan Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Serpong, Summarecon Bekasi, Summarecon Bandung, Summarecon Emerald Karawang, Summarecon Mutiara Makassar, Summarecon Bogor, dan Summarecon Crown Gading.

Selain itu, Summareco memiliki dan mengoperasikan 3 pusat perbelanjaan, di Kelapa Gading, Serpong hingga Bekasi, dengan GFA lebih dari 300.000m2.

Bisnis properti investasi memberikan pendapatan rutin (recurring income) yang signifikan dari penyewaan mal ritel. Ketiga pusat perbelanjaan tersebut berlokasi di township milik perseroan dan menjadi pusat perbelanjaan unggulan di Jabodetabek.

Untuk unit bisnis rekreasi dan hospitality, Summarecon memiliki Harris Hotel Kelapa Gading, Pop! Hotel Kelapa Gading, Movenpick Resort & Spa Bali hingga sekolah dan kampus.

Prospek Bisnis

Isu-isu global soal aksi bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan inflasi Negeri Paman Sam melalui peningkatan suku bunga, dampak konflik Rusia-Ukraina terhadap pasokan energi dan pangan, serta ancaman resesi global yang mengintai, akan terus mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Namun, secara keseluruhan, fondasi makroekonomi kita diharapkan tetap kuat dibandingkan dengan negara-negara lain yang menghadapi risiko resesi.

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2023 akan tetap solid antara 4,5-5,3%, sebelum meningkat menjadi 4,7-5,5% pada 2024.

Indonesia, sebagai produsen dan eksportir komoditas utama, masih akan mendapat keuntungan dari harga komoditas yang tinggi, meskipun harga di pasar dunia telah relatif stabil.

Mitra dagang utama Indonesia terletak di Asia, di mana pertumbuhan ekonominya diperkirakan akan stabil dan/atau meningkat seiring dibukanya perjalanan dan pasar mereka.

Oleh karena itu, permintaan terhadap komoditas Indonesia, yang menyumbang lebih dari 30% dari total ekspor, akan terus bertumbuh. Hal ini menjadi kabar baik bagi perekonomian Indonesia yang pada akhirnya juga bisa menguntungkan sektor properti.

Kampanye menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan meningkatkan permintaan akan layanan lokal. Pusat perbelanjaan dan hotel milik perusahaan kemungkinan akan mendapat manfaat dari peningkatan pengeluaran ini.

Namun, investor properti mungkin akan menahan investasinya sambil menunggu hasil pemilihan dengan sikap berhati-hati.

Kabar baiknya, jumlah pengunjung di pusat perbelanjaan telah kembali ke level sebelum pandemi Covid-19, sementara traffic di Bekasi melebihi level pra-pandemi. Ini bisa menjadi katalis positif untuk menambah recurring income untuk perseroan.

Manajemen menjelaskan, Summarecon akan terus berfokus pada penguatan kompetensi inti dan mengembangkan kemampuan baru guna memperluas sumber pendapatan pada 2023.

Perusahaan akan terus mengembangkan properti di 8 kota terpadu yang sudah ada, tetapi juga akan mempertimbangkan perluasan ke wilayah lain jika ada peluang yang muncul.

Summarecon telah menetapkan target pra-penjualan sebesar Rp 5,0 triliun pada 2023 dengan penjualan properti di 8 lokasi.

Dalam 1-2 bulan mendatang, SMRA berencana untuk meluncurkan produk komersial baru di Bekasi dan sebuah klaster residensial di Bogor dengan total GDV (Gross Development Value) gabungan sebesar Rp600 miliar.

Selain mengembangkan 8 kota terpadunya, baru-baru ini SMRA, berencana untuk memperluas bisnisnya ke ibu kota baru (IKN) untuk membangun 6 unit menara rumah rusun (rusun) dengan total nilai proyek sebesar Rp1,7 triliun.

Melihat hal di atas, mengoleksi saham SMRA bisa menjadi salah satu pertimbangan yang menarik untuk investor saat ini.

https://www.youtube.com/channel/UCVUkONfmddriFP1zSR5zzNw

https://twitter.com/CapitalBridgeId

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/research/20230616132314-128-446574/doyan-saham-properti-sumarecon–smra–bisa-ngasi-cuan-nih

0 0 votes
Stock Rating