
Foto: Seorang wanita bekerja di lini produksi memproduksi peralatan makan kertas di sebuah pabrik di Hangzhou, provinsi Zhejiang, Cina 21 Januari 2019. REUTERS / Stringer
Kondisi ekonomi China dan global telah membuat perusahaan Eropa yang beroperasi di Negeri Tirai Bambu waswas. Kekhawatiran yang timbul bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan ketegangan politik negara itu dengan Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan makalah posisi tahunan Kamar Dagang Eropa di China (EUCCC) yang dirilis Rabu (21/6/2023), jumlah perusahaan Eropa yang melihat China sebagai tujuan tiga teratas untuk investasi masa depan berada pada rekor total terendah. Adapun, EUCCC telah mencatat angka ini sejak 2010.
Karena kenaikan suku bunga dan inflasi menekan permintaan di Eropa dan AS, perusahaan di China justru berada pada jalur sebaliknya dengan berjuang melawan penurunan harga yang tajam karena risiko deflasi membebani ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Jumlah perusahaan Eropa yang melaporkan pendapatan mereka yang bersumber dari China telah menurun pada 2022 sekaligus tiga kali lebih tinggi dari pada tahun 2021. Sementara itu, pentingnya China bagi keuntungan global perusahaan turun untuk tahun kedua berturut-turut.
“Kemerosotan sentimen bisnis yang terjadi selama tiga tahun terakhir sangat signifikan dan tidak dapat dibalik dalam semalam,” kata EUCCC, dilansir Reuters.
Adapun, BASF, Maersk, Siemens, dan Volkswagen adalah beberapa anggota Kamar Dagang tersebut.
Temuan Kamar Dagang, yang didasarkan pada pandangan anggota dari Februari hingga awal Maret, mengungkapkan bahwa sejumlah perusahaan telah kehilangan bisnis tahun lalu karena akses pasar dan hambatan peraturan.
Fokus Presiden Xi Jinping yang meningkat pada keamanan nasional, khususnya tindakan keras baru-baru ini terhadap konsultan dan perusahaan uji tuntas, telah membuat banyak perusahaan asing tidak yakin tentang di mana batasannya di pasar di mana peraturan sering kali dibuat dengan kata-kata yang tidak jelas.
“Dengan undang-undang Eropa dan AS yang baru dan yang akan datang untuk memaksa banyak perusahaan menunjukkan transparansi yang lebih besar dalam operasi China mereka, tren diversifikasi dan divestasi rantai pasokan kemungkinan akan menguat dalam jangka menengah,” kata Kamar Dagang itu.
Investasi asing langsung (FDI) ke China telah melambat secara substansial sejak negara itu meninggalkan pembatasan Covid-19 yang ketat akhir tahun lalu, dengan FDI berdenominasi dolar turun 5,7% pada Januari-Mei dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Defisit perdagangan UE dengan China juga melebar pada 2022 hingga mencapai 396 miliar euro, membuat Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyerukan blok tersebut untuk “menghilangkan risiko” secara ekonomi dan diplomatik dari China.
https://twitter.com/CapitalBridgeId
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/news/20230621141451-4-447977/ekonomi-babak-belur-lampu-kuning-perusahaan-eropa-di-china