Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (7/6/23) dibuka di zona hijau di level 6.619,04 naik 0,12 poin (0%). Hari ini, sentimen pasar di Indonesia terfokus pada data neraca perdagangan China yang diantisipasi akan menunjukkan pelemahan.

Pada pukul 09.03, IHSG terus meningkat 0,21% ke level 6.632,52. Perdagangan menunjukkan terdapat 201 saham naik, 104 saham turun sementara 203 lainnya mendatar.

Perdagangan juga mencatatkan sebanyak 644 juta saham terlibat dengan nilai perdagangan baru mencapai Rp 335 miliar.Setelah indeks PMI China pada bulan Mei lalu menunjukkan penurunan yang signifikan, neraca perdagangan China juga diperkirakan akan menurun. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memprediksi impor China akan mengalami penurunan sebesar 8%, sementara ekspornya diperkirakan akan turun sebesar 0,4%.

Data sebelumnya menunjukkan bahwa impor China telah mengalami kontraksi tajam pada bulan April, sementara ekspornya tumbuh dengan laju yang lebih lambat. Hal ini menandakan bahwa aktivitas perdagangan di China tetap buruk meskipun pembatasan terkait Covid-19 telah dicabut. Situasi ini menimbulkan risiko penurunan permintaan impor dari Indonesia.

Pada bulan April 2023, impor China mengalami kontraksi sebesar 7,9%, memperpanjang tren penurunan yang telah terjadi sejak Oktober 2022. Data dari Bea dan Cukai China juga menunjukkan pertumbuhan ekspor sebesar 8,5% (YoY), meskipun angka ini mengalami penurunan dari pertumbuhan sebesar 14,8% pada bulan Maret.

Para ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan bahwa tidak akan ada pertumbuhan impor, sementara pertumbuhan ekspor diperkirakan akan meningkat sebesar 8%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perdagangan China lebih buruk dari ekspektasi yang ada.

Jika data neraca perdagangan yang dirilis hari ini mengecewakan, maka Indonesia perlu waspada karena China merupakan mitra perdagangan utama negara ini. China adalah negara mitra perdagangan terbesar Indonesia, dengan total perdagangan antara kedua negara mencapai US$ 133,65 miliar pada tahun 2022, mengalami kenaikan sebesar 17,70% dibandingkan tahun 2021.

Pada tahun lalu, ekspor Indonesia ke China mencapai US$ 65,92 miliar, sementara impor dari China mencapai US$ 67,72 miliar. Baik ekspor maupun impor mencapai angka tertinggi dalam sejarah perdagangan bilateral kedua negara.

Pada periode Januari-Maret 2023, ekspor Indonesia ke China tercatat sebesar US$ 16,58 miliar, mengalami peningkatan sebesar 26,7%. Sementara itu, impor dari China tercatat sebesar US$ 15,34 miliar, mengalami penurunan sebesar 3,6%. Selama kuartal pertama tahun ini, Indonesia masih mencatatkan surplus sebesar US$ 1,24 miliar dalam perdagangan dengan China.

Merosotnya kondisi ekonomi China berdampak negatif terhadap Indonesia sebagai mitra dagang utama. Di sisi lain, perhatian pasar juga tertuju pada Amerika Serikat (AS) yang masih berkutat dengan suku bunga. Investor sedang mempertimbangkan data ekonomi yang dirilis sebagai acuan untuk meramalkan kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) selanjutnya.

Selain itu, perhatian juga tertuju pada kebijakan suku bunga The Fed di Amerika Serikat. Perekonomian AS menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja yang tinggi, namun inflasi diprediksi terus meningkat. Ada pendapat bahwa The Fed perlu menaikkan suku bunga kembali, tetapi pasar masih optimis suku bunga tetap pada kisaran 5% – 5,25%. Kenaikan suku bunga dapat menyebabkan gejolak pada pasar keuangan global.

Di sisi lain, analis memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga kebijakan dalam beberapa bulan mendatang. Prediksi suku bunga Bank Indonesia akan turun pada tahun 2024. Stabilitas nilai tukar rupiah dan kebijakan suku bunga Bank Indonesia juga menjadi perhatian pasar. Investor perlu mengamati perkembangan ini untuk membuat keputusan investasi yang tepat.

 

 

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20230607090656-17-443690/ihsg-dibuka-menguat-021-tanda-akan-segera-rebound

5 1 vote
Stock Rating