Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Rabu (31/5/2023), di mana investor menanti rilis data aktivitas manufaktur China yang diprediksi masih dalam zona kontraksi pada Mei 2023.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,66%, Hang Seng Hong Kong merosot 1,01%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,3%, Straits Times Singapura terpangkas 0,5%, dan ASX 200 Australia terdepresiasi 0,85%.
Hanya indeks KOSPI Korea Selatan yang terpantau menguat yakni sebesar 0,24%.
Dari China, data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager’s Index (PMI) periode Mei 2023 versi pemerintah (NBS) akan dirilis pada hari ini.
Konsensus Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur China pada Mei naik menjadi 49,4. Jika terjadi sesuai perkirakan, ini akan menjadi bulan kedua berturut-turut aktivitas manufaktur China berada di zona kontraksi.
Aktivitas manufaktur memiliki titik tengah di 50, di bawah angka tersebut yakni zona kontraksi. Sedangkan di atas level 50 adalah level ekspansi.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah bervariasinya bursa saham AS, Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun 0,15%. Sedangkan indeks S&P 500 naik tipis 0,07 poin (0,00%). Sementara indeks Nasdaq Composite menguat 0,32%.
Presiden AS, Joe Biden dan Pemimpin Mayoritas DPR, Kevin McCarthy mencapai kesepakatan mengenai pagu utang dan menghindari gagal bayar (default) dengan Kongres akan memberikan suara pada undang-undang paling cepat Rabu waktu setempat.
Baik dukungan Republik maupun Demokrat, diperlukan agar RUU yang diusulkan itu dapat disahkan secepatnya.
Perjanjian tersebut datang hanya beberapa hari sebelum apa yang disebut tanggal “X” pada Senin lalu, yang merupakan tanggal paling awal Departemen Keuangan mengisyaratkan AS dapat gagal membayar kewajiban utang.
Negosiasi panjang antara Gedung Putih dan para pemimpin kongres menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor bahwa default dapat terjadi. Terlepas dari kesepakatan tentatif, hambatan tetap ada di jalan untuk mengesahkan RUU kompromi di DPR di tengah meningkatnya oposisi di dalam GOP.
Jika Kongres AS menyetujui kenaikan pagu utang, maka Amerika Serikat lepas dari “malapetaka” ekonomi.
Namun, masih ada kekhawatiran atas potensi kenaikan suku bunga lagi yang dapat membebani sentimen investor. Trader menghargai peluang 68,8% dari kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bulan depan, menurut alat FedWatch CME Group.
Presiden Richmond Fed, Tom Barkin juga mengatakan pada acara National Association of Business Economics Selasa bahwa dia belum akan “mundur” dari perkiraan suku bunganya, yang dia katakan termasuk yang lebih tinggi di dalam bank sentral.
“The Fed masih menjadi fokus utama bagi semua investor,” kata Brian Price, kepala manajemen investasi di Commonwealth Financial Network.
“Ini benar-benar tarik menarik antara apa yang kemungkinan akan dilakukan Fed: apakah mereka akan menaikkan satu atau dua kali lagi, atau hanya duduk diam dan menunggu dan melihat bagaimana data inflasi masuk selama beberapa bulan ke depan,” ujarnya.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20230531082900-17-442040/investor-pantau-data-manufaktur-china-bursa-asia-dibuka-loyo