Perusahaan anak usaha BUMN yang rencananya akan melakukan pencatatan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui entitas PT Pertamina Hulu Borneo dan PT Pertamina East Natuna menggarap harta karun di Natuna.

Hal itu tecermin dari penandatanganan kontrak bagi hasil untuk wilayah kerja East Natuna yang dilakukan dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Dalam hal ini, kerjasama tersebut dilakukan oleh PT Pertamina Hulu Borneo bersama mitra Eni Peri Mahakam Ltd. dan PT Pertamina East Natuna dalam Kontrak Kerja Sama (KKS) Wilayah Kerja (WK) Peri Mahakam dan WK East Natuna.

PT Pertamina Hulu Borneo dan PT Pertamina East Natuna merupakan afiliasi yang ditugaskan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) atas pengelolaan masing-masing wilayah kerja tersebut.

Direktur Utama PHE Wiko Migantoro menjelaskan, kerjasama wilayah kerja Peri Mahakam dan wilayah kerja East Natuna oleh afiliasi PHE dengan SKK Migas merupakan upaya dalam meningkatkan portofolio hulu perusahaan.

“Pertamina berkomitmen menjadi accelerator eksplorasi di dalam negeri baik melalui eksplorasi di aset-aset eksisting, pelaksanaan Joint Study, maupun akuisisi WK baru. Dengan demikian, seiring peningkatan portofolio dan kinerja perusahaan yang semakin kuat akan terus meningkatkan nilai perusahaan,” kata Wiko dalam keterangan resminya, Rabu (31/5).

Pemerintah telah menetapkan PT Pertamina Hulu Borneo menggenggam 51% dan Eni Peri Mahakam Ltd. menggenggam 49% sebagai pengelola wilayah kerja Peri Mahakam.

Wilayah kerja Peri Mahakam berlokasi di lepas pantai dan daratan Timur Kalimantan yang meliputi area seluas 7.414,43 km2 dengan total investasi komitmen pasti 3 tahun pertama masa eksplorasi sebesar US$ 7,2 juta yang meliputi kegiatan studi G&G, akuisisi dan processing 150 km2 data seismik 3D serta pengeboran 1 sumur eksplorasi.

Sedangkan wilayah kerja East Natuna akan dikelola 100% oleh PT Pertamina East Natuna. Wilayah kerja East Natuna terletak di offshore Laut Natuna dengan luas 10.484 km2. Wilayah kerja ini berada di wilayah perbatasan negara Indonesia-Malaysia-Vietnam.

Pengelolaan WK East Natuna difokuskan pada eksplorasi minyak untuk mempercepat pengembangan lapangan di area batas negara dan pengembangan kawasan perbatasan.

Total investasi komitmen pasti 3 tahun pertama masa eksplorasi sebesar US$ 12,5 juta yang meliputi kegiatan studi G&G, akuisisi dan processing 430 km2 data seismik 3D serta pengeboran 1 (satu) sumur eksplorasi.

“Khusus untuk East Natuna, PHE berkomitmen untuk menjadikan East Natuna sebagai aset strategis, tidak hanya untuk peningkatan ketersediaan sumber energi dalam rangka pemenuhan kebutuhan nasional, namun juga untuk ikut serta menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tambahnya.

Ia menyebut, perseroan akan terus berinvestasi dalam pengelolaan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip ESG (Environment, Social, Governance), untuk mendukung target Pemerintah dalam mencapai produksi minyak 1 Juta BOPD dan produksi gas 12 BCFD pada tahun 2030.

Sebagai informasi, anak usaha dari PT Pertamina (Persero) ini dikabarkan berencana menghimpun dana setidaknya Rp 20 triliun atau setara US$ 1,36 miliar. Menurut sumber Reuters, IPO tersebut akan dilaksanakan pada bulan Juni. Jika terlaksana, IPO PHE ini akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara sepanjang tahun ini.

Sebelumnya Pertamina Hulu pada Februari lalu menunda rencana IPO karena masalah administrasi, kata regulator keuangan Indonesia. Tanpa batas waktu yang ditentukan.

Dengan dana jumbo yang nilainya mencapai US$ 1,36 miliar ini maka IPO PHE akan melampaui raihan perusahaan nikel PT Trimegah Bangun Persada yang pada 12 April lalu yang berhasil menggalang US$ 680 juta.

Terakhir kali Indonesia melakukan IPO lebih dari US$ 1 miliar adalah pada April 2022 yang ditorehkan oleh perusahaan teknologi GoTo Gojek Tokopedia (GOTO).

Diketahui Pertamina Hulu berencana menggunakan dana itu untuk memperluas produksi minyak melalui akuisisi atau pengeboran sumur baru, kata salah satu sumber yang menolak disebutkan namanya. Namun perusahaan juga belum mau menanggapi permintaan komentar secara resmi.

Adapun, Pertamina Hulu juga dikabarkan berencana bakal menjual 10% – 15% saham dalam penawaran tersebut, pada seorang Menteri pada Desember lalu.

Citigroup (C.N), Credit Suisse (CSGN.S) dan JPMorgan (JPM.N) adalah pemegang buku bersama IPO, bersama dengan BRI Danareksa dan Bank Mandiri dari Indonesia, menurut term sheet yang dilihat oleh Reuters pada bulan Maret.

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20230531132551-17-442174/jelang-ipophe-garap-proyek-migas-peri-mahakam-east-natuna
5 1 vote
Stock Rating