
Foto: Pabrik Sritex (Bloomberg via Getty Images/Bloomberg)
Bank Indonesia mencatat kredit perbankan tumbuh 9,4% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 6.561,2 triliun per Mei 2023.
Capaian tersebut sekaligus menghentikan tren perlambatan yang terjadi sejak awal tahun.
Sebagai informasi, pertumbuhan kredit pada Januari 2023 sebesar 10,2% yoy dan kemudian melambat menjadi 10,4% yoy. Kemudian bila dibandingkan dengan posisi pertumbuhan April 2023, capaian Mei naik 130 basis poin (bps).
Sementara itu berdasarkan golongan debitur, kredit korporasi naik 9,0% yoy dan perorangan 9,7% yoy. Kedua golongan debitur ini tumbuh lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi lebih tinggi dibandingkan dengan modal kerja dan konsumsi. Secara keseluruhan capaian ketiga jenis kredit tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Mengutip data BI, kredit investasi naik disokong oleh sektor industri pengolahan, seiring dengan perkembangan pada sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah di Kalimantan Timur dan Jawa Timur.
Bila dirinci, kredit investasi industri pengolahan menyumbang 16,64% terhadap total kredit investasi. Sepanjang lima bulan tahun ini, rata-rata kredit investasi tumbuh 17,2% yoy. Dengan demikian, kredit investasi Mei 2023 yang sebesar 16,4% yoy masih di bawah rata-rata Januari–Mei 2023.
Kemudian, untuk kredit moda kerja, sektor industri pengolahan menyumbang 24,5%. Akan tetapi BI mencatat sejak awal tahun pertumbuhan kredit modal kerja sektor industri pengolahan melambat. Per Mei, sektor ini hanya tumbuh 2,2% yoy.
Adapun baik di kredit modal kerja maupun kredit investasi, sektor pertambangan dan penggalian masih menjadi sektor dengan pertumbuhan paling tinggi tahun ini. Rata-rata kredit investasi yang mengalir ke sektor tersebut naik sekitar 40% sepanjang lima bulan pertama tahun ini.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia PerryWarjiyo pertumbuhan kredit didorong permintaan yang naik, sejalan dengan kinerja korporasi yang tumbuh tinggi serta tersedianya likuiditas dan longgarnya standar kredit pembiayaan oleh perbanakan.
Bila dirinci, perbankan syariah membukukan pertumbuhan pembiayaan lebih tinggi dari industri, yakni 19,5% yoy. Satu pendorongnya adalah segmen UMKM yang naik 7,61% yoy dengan realisasi kredit usaha rakyat (KUR) senilai Rp 80,25 triliun.
Perry melanjutkan bahwa dalam rangka mendorong pertumbuhan kredit lebih jauh, BI akan meningkatkan stimulus kebijakan makro prudensial melalui insentif likuiditas kepada bank penyalur kredit sektor hilirisasi, baik pertambangan, perkebunan, pertanian, perikanan, hingga ekonomi keuangan hijau.
Sementara itu, BI juga melaporkan kondisi likuiditas perbankan sangat mendukung untuk ekspansi kredit. Per Mei 2023 rasio alat likuid per dana pihak ketiga (AL/DPK) pada posisi 27,52%. Sebagai informasi batas bawah AL/DPK adalah 10%.
Selain itu, bank juga tercatat memiliki rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 25,54%. Angka ini jauh di atas batas bawah yang ditetapkan regulator sebesar 10%.
Adapun pada Mei 2023, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 6,55% yoy. Bila dibandingkan dengan capaian April 2023, pertumbuhan DPK melambat, di mana pada bulan tersebut tumbuh 7,0% yoy.
https://twitter.com/CapitalBridgeId
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20230626143027-17-449334/kredit-bank-mei-tumbuh-94-ini-industri-yang-jadi-primadona