Terkenal di kiprahnya dalam dunia bisnis dan investasi serta mengantongi total kekayaan senilai Rp 10,9 triliun, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno ternyata pernah hidup susah.
Hal itu disebabkan karena kesalahannya dalam berinvestasi dan pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Saya kehilangan semua itu (saat krisis moneter), saya di PHK, akhirnya secara terpaksa saya jadi entrepreneur di bidang keuangan dan investasi. Mulainya di bidang konsultan keuangan, memberikan jasa konsultan keuangan bagi perusahaan yang membutuhkan restrukturisasi, divestasi, monetisasi, investasi,” ujar Sandiaga, di Podcast Cuap Cuap Cuan (8/5).
Sandiaga bercerita tentang perjalanan kariernya dari karyawan hingga akhirnya jadi investor. Salah satu penyebab dirinya mengalami masalah keuangan adalah karena krisis moneter 1998.
Ketika ditanya soal investasi di saat masih menjadi karyawan, Sandiaga mengatakan bahwa dirinya memang sudah memulai investasi.
“Ada (investasi), tapi ya waktu krismon habis semuanya. Waktu itu (tahun 1990an), semua aset itu risky asset (aset berisiko semua) karena Asia kan, jebol semua. Dan karena itu masih muda dan masih berani saya berinvestasi dengan margin, jadi aset-aset itu semua ter-collateral (jadi agunan) dan habis semua dieksekusi perbankan karena drop di bawah 50%, itu pelajaran buat saya,” imbuhnya.
Dari situlah akhirnya, Sandiaga belajar banyak seputar investasi. Dia pun mengubah strategi investasinya.
“Saya gak mau lagi spekulasi, saya berjanji sama diri saya, saya gak mau menyusahkan keluarga saya, karena waktu itu jangankan bayar sewa tempat tinggal, kita mesti berkemas dan tinggal di rumah orangtua karena gak sanggup (membiayai hidup). Dan, untuk beli susu anak juga mikir pada saat itu,” tambah Sandiaga.
Makin muda usia, makin agresif investasi
Semakin muda usia, sejatinya Anda masih punya banyak waktu untuk mengumpulkan uang di untuk hidup di masa tua. Maka tidak heran, berinvestasi di instrumen berisiko yang bisa menghasilkan keuntungan fantastis kerap menjadi pilihan.
Keputusan menggunakan margin seperti yang dilakukan Sandiaga memang ditujukan agar imbal hasil yang dihasilkan bisa jadi makin besar. Merdeka Finansial pun bisa digapai di usia muda.
Akan tetapi, makin besar imbal hasil investasi maka makin besar pula risiko yang harus ditanggung. Risiko sistemik seperti krisis ekonomi ternyata membuat seorang Sandiaga Uno kehilangan semuanya di era krisis moneter.
Satu pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa ini adalah, pentingnya melakukan diversifikasi dalam investasi dan menjaga cadangan kas kita demi memitigasi risiko yang berpotensi muncul.
Meski semakin besarnya aset investasi yang dimiliki maka semakin hebat Anda dalam menggandakan uang, jangan pernah lupakan tabungan.
Aset lancar senilai 15 – 20% dari kekayaan bersih tentu harus dimiliki agar kita tidak akan kesulitan jika terjadi kegagalan investasi maupun kehilangan penghasilan.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/mymoney/20230509132650-72-435771/sandiaga-uno-pernah-susah-beli-susu-anak-aja-mikir-mikir