Indonesia sampai saat ini masih mengekspor timah ke luar negeri. Namun ternyata, ada kandungan mineral turunan berupa “harta karun” super langka alias Logam Tanah Jarang (LTJ) seperti monasit, xenotim, dan zirkon di dalam timah tersebut.

Bahkan, pemerintah kini mengenakan tarif produk turunan timah tersebut sebesar 1% dari harga jual per tonnya. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2022 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang Berlaku pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Kepala Balai Besar Pengujian Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Julian Ambassadur Shiddiq menjelaskan, pada dasarnya tidak ada penjualan Logam Tanah Jarang (LTJ) berupa monasit atau xenotim ke luar negeri. Pasalnya, timah yang diekspor RI selama ini sudah melalui proses pemurnian yakni berupa tin ingot atau timah batangan.

Dia menyebut, tingkat kemurnian logam timah sudah mencapai 99,99%. Dengan demikian, kalau pun ada kandungan LTJ akan kecil sekali atau bahkan nyaris tidak ada.

“Timah yang diekspor itu adalah timah ingot dengan tingkat kemurnian 99,99%. Jadi kecil sekali atau hampir tidak ada mengandung monasit atau xenotim,” jelas Julian kepada CNBC Indonesia, Senin (29/5/2023).

Julian menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada pengajuan spesifik ekspor monasit ataupun xenotim yang merupakan LTJ melalui aplikasi MODI (Minerba One Data Indonesia) yang menjadi izin penjualan atau ekspor LTJ tersebut.

“Hingga saat ini belum ada pengajuan penjualan monasit atau xenotim kepada Minerba melalui aplikasi MODI yang menjadi dasar izin penjualan atau ekspor bahan tambang,” tambah Julian.

Sebelumnya, Julian juga sempat mengungkapkan bahwa pihaknya sudah melakukan pilot plan atau produksi pra-komersial atau uji coba untuk tambang zirkonium dan thorium.

Julian mengatakan, pada tahun lalu, pihaknya sudah menindaklanjuti perjanjian yang diinisiasi oleh Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan PT Timah untuk mengekstraksi monasit, zirkonium, dan thorium.

“Tahun kemarin kita sudah menindaklanjuti perjanjian kemarin bangun demo plan, inisiasi Kemenko Marves, BRIN, dan PT Timah untuk ekstraksi monasit, zirkon, thorium,” jelas Julian dalam CNBC Indonesia Energy & Mining Outlook di Jakarta, Kamis (23/2/2023).

Selain itu, dia menyebut bahwa saat ini proses pilot plan sudah dilakukan dan diharapkan bisa selesai dalam kurun waktu tahun 2023. Pihaknya pun berencana tahun depan proses produksi sudah bisa berjalan dengan menghitung seberapa besar nilai ekonomisnya.

“Kita harap pilot plan selesai tahun ini, tahun depan produksi apakah cukup ekonomis thorium dari monasit,” tambahnya.

Mengutip buku “Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia” yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM 2019, logam tanah jarang (LTJ) merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk “critical mineral” yang terdiri dari kumpulan dari unsur-unsur scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).

Keterdapatan LTJ umumnya dijumpai dalam sebaran dengan jumlah yang tidak besar dan menyebar secara terbatas. Seperti halnya thulium (Tm) dan lutetium (Lu), kedua unsur ini merupakan dua unsur yang terkecil kelimpahannya di dalam kerak bumi, tetapi 200 kali lebih banyak dibandingkan kelimpahan emas (Au).

Meskipun demikian, unsur-unsur tersebut sangat sukar untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini mempunyai banyak kemiripan sifat dan sering ditemukan bersama-sama dalam satu endapan secara geologi.

Sejumlah mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel.

Tidak hanya itu, ternyata logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara.

Adapun sumber daya logam tanah jarang dunia terdapat di beberapa tipe endapan. China merupakan penghasil LTJ terbesar di dunia. Pasalnya, China memiliki endapan LTJ dalam bentuk primer berupa produk sampingan dari tambang bijih besi, dan sekunder berupa endapan aluvial dan endapan lateritik. Mineral yang mengandung LTJ utama adalah bastnaesit, monasit, xenotim, zirkon, dan apatit.

Berdasarkan endapan yang terdapat di Bayan Obo, Tiongkok, LTJ dapat terbentuk sebagai proses pergantian batuan karbonat asal sedimenter, namun larutan hidrotermal bisa berasal dari seri batuan intrusi karbonat alkalin, seperti dikutip dari buku karya Drew (1991) dalam “Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia 2019”.

Selain China, LTJ juga dijumpai di Amerika Serikat, tepatnya Mountain Pass AS, lalu Olympic Dam di Australia Selatan di mana 1980-an ditemukan cebakan raksasa yang mengandung sejumlah besar unsur-unsur tanah jarang dan uranium. Selain itu, tersebar juga di Rusia, Asia Selatan, Afrika bagian selatan dan Amerika Latin.

 

 

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/news/20230529153930-4-441493/timah-ri-diekspor-isinya-ada-harta-karun-super-langka

5 1 vote
Stock Rating